Sabtu, 28 September 2024

Misteri 11 Anggota Keluarga Tewas di Burari India, Benarkah Serupa dengan Kasus di Kalideres?

Minggu, 27 November 2022 8:59

Silsilah keluarga dalam kasus kematian 11 orang tewas dalam satu rumah di Burari, India.Foto:SS/YOUTUBE/GHOST SERIES via Kompas.com

VONIS.ID - Indonesia digemparkan dengan kasus temuan satu keluarga tewas dalam satu rumah di Kalideres, Jakarta Barat.

Hingga saat ini kasus tersebut masih menjadi misteri.

Kepolisian terus berupaya agar kematian satu keluarga yang jumlahnya empat orang tersebut dapat terang benderang.

Tahukah kalian? kasus serupa juga pernah terjadi pada medio 2018 lalu.

Pada saat itu, India, bahkan dunia gempar setelah ditemukan satu keluarga, jumlahnya 11 orang tewas dalam satu rumah.

Bahkan, kisah kematian satu keluarga di India itu diangkat menjadi sebuah film berjudul House of Secrets: The Burari Deaths

Kejadian itu sendiri terjadi di Burari, New Delhi, India.

10 jasad anggota keluarga ditemukan bergelantungan di langit-langit berkawat dengan tangan diikat dan mata ditutup.

Satu jenazah lainnya tergeletak di lantai dengan luka di leher.

Awalnya, polisi mengira ini adalah kasus pembunuhan.

Namun, ada sesuatu yang lebih gelap menyebabkan kematian tragis tersebut.

Dilansir dari The Hindu, melalui Kompas.com, polisi mengatakan kesebelas mayat itu ditemukan pertama kali pada 1 Juli 2018.

Polisi pertama yang memasuki rumah Burari di mana 11 anggota keluarga Chundawat tewas adalah Kepala Polisi Burari, Rajeev Tomar.

Tomar tiba di lokasi pada 07.18 waktu setempat setelah ada laporan panggilan Police Control Room (PCR).

“Dalam karir saya selama 17 tahun sejauh ini, saya belum pernah melihat TKP seperti ini dan saya harap saya tidak harus melakukannya,” kata Tomar.

“Itu mengejutkan. Saya hanya tinggal selama 10-15 detik sebelum bergegas turun untuk memanggil senior saya. Saat itu saya tidak melihat tangan siapa yang diikat dan mata siapa yang ditutup. Saya hanya melihat banyak mayat bergelantungan, seperti dahan pohon,” ujar Tomar.

Kemudian, polisi mengidentifikasi identitas jenazah tersebut, di antaranya:

  1. Narayan Devi, nenek (77 tahun)
  2. Devi Pratibha, Anak Narayan Devi (57 tahun)
  3. Bhavnesh Bhatia, Anak Narayan Devi (50 tahun)
  4. Lalit Bhatia, Anak Narayan Devi (45 tahun)
  5. Savita (48 tahun)
  6. Tina (42 tahun)
  7. Priyanka, Cucu (33 tahun)
  8. Neetu, Cucu (25 tahun)
  9. Monu alias Maneka, Cucu (23 tahun)
  10. Dhruv alias Dushyant, Cucu (15 tahun)
  11. Shivam, Cucu (15 tahun)

Tomar mengatakan, kesepuluh anggota keluarga itu bergelantung dalam formasi melingkar di atas langit-langit yang telah dipasang jaring-jaring besi.

Di antara posisi mayat itu, Pratibha bergelantung agak jauh dari anggota keluarga lainnya.

Kemudian mayat Narayan Devi ditemukan tergeletak di lantai ruangan sebelahnya dengan luka di leher.

Kemudian, penyidik menemukan 11 buku harian yang ditulis dengan catatan terperinci keseharian yang dilakukan mereka.

Berdasarkan catatan buku harian, polisi menduga itu adalah kasus ritual yang salah, yang mengarah ke apa yang disebut "bunuh diri massal".

Catatan pertama buku harian Lalit ditulis pada 8 Juli 2007 dan berakhir paada 30 Juni 2018.

Catatan buku harian terakhir menjelaskan ritual, aturan yang harus diikuti dan diharapkan oleh 11 anggota keluarga.

Polisi mengatakan buku harian itu didikte oleh Lalit yang percaya bahwa "roh" ayahnya Bhopal Singh yang meninggal pada 2007 berkomunikasi dengannya.

Roh itu memerintahkannya untuk melakukan "Badh tapasya (pemujaan pohon beringin)".

Kejanggalan bermula ketika pada 2004, Lalit sempat didorong ke beberapa lembar kayu lapis dan dibakar, beruntung dia selamat dalam tragedi itu.

Kejadian itu kemudian membekas dan menjadi trauma bagi Lalit hingga ia kehilangan suara.

Pada 2007, menjadi tahun yang sulit bagi Lalit, ayahnya meninggal karena penyakit pernapasan.

Namun, pada saat acara Garuda Purana selama 10 hari, suara Lalit kembali dan semua orang berkata "Ayah aa gaye (ayah telah kembali)".

Tetangganya, Naresh Yadav mengatakan bahwa suara Lalit bisa kembali berkat ayahnya datang dalam mimpi Lalit dan memintanya untuk melakukan persembahan pemujaan.

Tetangga dekat keluarga Lalit, Rita Sharma (62) mengatakan bahwa semenjak kematian Bhopal Singh, keluarga Chundawat itu melakukan ritual kirtan.

Sharma biasa diundang oleh anak-anak Lalit dan Bhavnesh untuk ikut serta dalam ritual kirtan.

Setiap malam sekitar pukul 21.00, mereka duduk bersama dan berdoa selama 15-30 menit.

"Anak-anak biasa memberi tahu saya bahwa 'Ayah ke aane ka time ho gaya (sudah waktunya kakek datang)," ujar Sharma.

Selama ritual, Lalit biasa duduk di depan.

Selama bertahun-tahun ia telah menggantikan peran Bhopal Singh dalam keluarga.

Lalu, pada 7 September 2007, "roh" Bhopal Singh meminta untuk menyimpan foto hitam putihnya.

"Mann mein dhyan yahi rakho ki Daddy meri purani aadatein chhut jaye" (berdoa agar kamu menyingkirkan kebiasaan lama).

Dituliskan dengan nada yang tegas hampir memarahi semua anggota keluarga mengikuti instruksi.

Mereka didekte untuk melakukan rutinitas sehari-hari, sebagai cara untuk memperbaiki keuangan keluarga.

Catatan buku harian itu memiliki pengaruh besar pada cara semua anggota keluarga menjalani kehidupan mereka selanjutnya.

Dhruv alias Dushyant (15 tahun) dan Shivam (15 tahun) adalah dua remaja laki-laki yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai bagus dalam ujian.

Keduanya sangat menyukai sepeda motor dan mobil, yang tidak dimiliki keluarga mereka.

Menurut teman mereka, Jatin, keduanya biasa belajar setidaknya 2 jam sebelum pergi main di malam hari.

"Kami dulu bermain kriket dan bersepeda hampir setiap hari.

Tetapi, entah kenapa mereka tidak datang bermain di minggu terakhir Juni (2018)," kata Jatin (15 tahun).

Jatin mengatakan baik Dhruv dan Sivan sangat "takut akan Tuhan" di bandingkan teman-teman seusia mereka.

"Pada hari Minggu mereka biasa menyembah matahari dengan mempersembahkan air. Anak laki-laki seusia kami biasanya tidak melakukan itu," kata Jatin.

Di sisi lain, tunangan Priyanka mengatakan, dia adalah wanita normal dan tidak pernah menyinggung tentang praktik "gaib".

Sebelumnya, dia juga tidak menunjukkan perilaku ingin bunuh diri.

Temuan-temuan membuat polisi percaya bahwa kematian 11 anggota keluarga itu menderita "psikosis bersama", lebih dari sekedar pengalaman gaib.

Psikosis bersama artinya bahwa keyakinan delusi ditransmisikan dari satu orang ke orang lain.

Dalam kasus ini, Lalit Bhatia (45 tahun) adalah orang yang mengalami delusi berbicara dengan ayahnya yang telah meninggal.

Keyakinannya kemudian didukung oleh anggota keluarga lainnya yang ikut percaya.

(redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Beritakriminal