VONIS.ID, SAMARINDA – Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sehingga, tidak heran apabila Indonesia menjadi salah satu target pasar bagi negara besar di seluruh Dunia.
Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi membenarkan bahwa Indonesia memiliki bangsa terbesar dengan jumlah penduduk sekitar 273 juta jiwa.
"Kalau Cina itu sekitar 1,4 miliar jiwa, India 1,3 miliar jiwa dan Amerika 331 juta jiwa," ucapnya di Lantai 5 Ballroom Hotel Harris jalan Untung Suropati, Kota Samarinda pada Kamis (28/7/2022).
Mantan Legislator Senayan itu pun menyadari bahwa Indonesia dijadikan sebagai sasaran utama bangsa-bangsa besar untuk menyebarkan semua produknya.
"Segala upaya mereka lakukan supaya kita tidak menjadi negara besar. Mereka melakukan aktivasi dari Hulu ke Hilir agar kita tidak berdaya," bebernya.
Menurutnya, terjadi penjajahan ekonomi yang dilakukan oleh Eropa, Amerika, Cina dan negara besar lainnya kepada Indonesia.
"Kan sangat aneh, negara besar memiliki refinery pengolahan minyak terbesar.
Tapi dapat minyak dari mana, ya dari Indonesia," ujar pria kelahiran Samarinda itu.
Segala hal dilakukan negara besar untuk memperdaya Indonesia, sehingga Indonesia tidak akan menjadi Negara besar.
"Kalau Indonesia menjadi Negara besar, maka kita akan menjadi satu dari 5 Negara hebat di dunia dalam semua sektor," ujarnya.
Maka, diperlukan kerja keras dan kerja sama melawan hegemoni negara-negara besar yang tidak menginginkan Indonesia besar.
"Tidak bisa hanya Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi atau pun Pemerintah Pusat bekerja sendiri. Semua harus bersatu," katanya.
Ia menegaskan bahwa semua pihak tanpa terkecuali seharusnya berkolaborasi untuk mewujudkan tatanan ekonomi baru bagi Indonesia dengan membelanjakan APBD dan APBD pada produk dalam negeri.
"Walau kenyataannya banyak teknologi luar yang membanjiri, tapi selama kita bisa mengubah dan mengendalikan maka Indonesia mampu menjadi negara besar.
Kita harus semangat belanja dalam negeri," ajak Ketua Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia wilayah Kaltim itu. (MU/ADV/Diskominfo)