VONIS.ID - Hari Raya Idul Adha merupakan momentum bagi umat muslim untuk saling berbagi dan membersihkan diri dari sifat buruk maupun rasa memiliki hal duniawi.
Salah satu cara yang diajarkan agama Islam dalam momentum perayaan Idul Adha, yaitu dengan tradisi pemotongan hewan kurban yang kemudian dibagikan kepada masyarakat membutuhkan.
Tidak jarang masyarakat akan menghabiskan waktunya untuk menonton ketika penyembelihan dilakukan, sebagian lagi membantu prosesi pemotongan hewan kurban.
Kepada wartawan, Wakil Gubernur Kalimantan Timur Hadi Mulyadi menceritakan pengalaman pertamanya ketika melakukan penyembelihan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun 2000.
"Saya sudah menyembelih hewan kurban sejak tahun 2000, kira-kira sekitar 22 tahun yang lalu. Tahun 2006, sekali saya tidak melakukan penyembelihan hewan kurban karena mengikuti ibadah haji," ucapnya, Minggu (10/7/2022).
Tentu saja pengalaman buruk ketika menyembelih sapi pernah dirasakan orang nomor dua Benua Etam itu. Hadi Mulyadi pernah ditendang sapi saat pertama kali terjun ke dunia penyembelihan hewan kurban.
Akan tetapi, tendangan sapi pada kakinya tak membuat mantan Legislator Karangpaci itu jera.
Justru, ia tetap menyembelih hewan kurban di tahun-tahun berikutnya.
Bahkan hingga menjadi Wakil Gubernur Kaltim seperti saat ini.
"Pertama kali menyembelih sapi, kaki saya ditendang. Namun pertama kali ditendang itu tidak membuat saya mundur. Setelah itu tidak pernah lagi saya ditendang," jelasnya.
Menurutnya, tidak banyak orang yang mau atau bersedia melakukan prosesi penyembelihan hewan kurban. Ini menjadi alasan Hadi untuk tidak mundur dan tetap menjadi salah satu orang yang menyembelih hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha.
"Saya suka mengerjakan hal-hal yang pahalanya besar. Mengapa saya katakan pahalanya besar, karena jika orang lain tidak bisa mengerjakan, tapi saya bisa mengerjakan berarti saya dapat pahala besar," bebernya.
"Seperti Khutbah, tidak banyak orang yang bersedia untuk Khutbah. Tapi saya berkhutbah. Semoga itu menjadi amal shaleh dan menghapus dosa-dosa saya selama ini," sambungnya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menuturkan bahwa kesuksesan cepat atau lambatnya proses penyembelihan itu tergantung oleh tim peroboh dan pengikat sapi kurban.
"Tim pengikat harus benar-benar mengetahui celah dan melakukan peregangan hewan kurban. Karena ini kan ada gelambirnya, nah pisau juga harus tajam. Saya punya banyak pisau, mulai dari buatan Bandung, Tasik, Banjar, Balikpapan, Toraja, Arab, Jerman dan Swiss. Banyak koleksi dimintai orang juga," katanya seraya tertawa.
Pria kelahiran Samarinda itu juga menuturkan bahwa kecepatan ketika menyembelih hewan kurban menjadi sensasi tersendiri baginya. Terkadang, ia juga merasa bingung saat menghadapi sapi dengan ukuran jumbo.
"Bingung motongnya dari arah mana, kalau sapi kecil kita sudah bisa mengukur dengan lading. Nah kalau sapi jumbo ini bingung motongnya darimana, ya begitulah kisah saya selama menyembelih sapi mulai tahun 2000," paparnya.
(mu/adv/diskominfokaltim)