VONIS.ID - Dato Sri Tahir, petinggi PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) diduga menerima uang dari debitur.
Kasus tersebut mencuat bermula dari fasilitas modal kerja untuk pengusaha pendiri Grup Sioeng, Ted Sioeng senilai Rp 1,3 triliun dari 2014 sampai 2021.
Berawal dari Ted Sioeng alias Xiong Delong dan empat perusahaannya menerima kredit dari PT Bank Mayapada Internasional Tbk hingga Rp 1,3 triliun pada periode tahun 2014-2021.
Dalam perjalanannya, rupanya Ted dan Komisaris Utama Bank Mayapada, Dato Sri Tahir, membuat perjanjian.
Pada beberapa kali pinjaman dikucurkan, Ted mengklaim Tahir meminjam sejumlah uang.
Total kredit yang diterima Ted dan perusahaannya sepanjang periode 2014-2021 sebesar Rp 1,3 triliun.
Sementara uang yang dipinjam Tahir lewat orang kepercayaannya mencapai Rp 525 miliar.
Ted mengklaim awalnya perjanjian pinjam-meminjam ini atas dasar hubungan saling menguntungkan.
Namun, Ted mengklaim Tahir belum membayar uang pinjaman tersebut.
Akhirnya mereka pecah kongsi.
Bank Mayapada melaporkan Ted dan putrinya, Jessica Gatot Elnitiarta, ke Polda Metro Jaya pada 12 Januari 2023.
Keduanya dituduh menipu, menggelapkan uang hingga melakukan pencucian uang.
Saat ini kasusnya masih bergulir.
Tahir dan Bank Mayapada lantas menunjuk Yusril Ihza Mahendra sebagai kuasa hukum pada Rabu, 14 Juni 2023 lalu.
Yusril dalam jawaban tertulis menjelaskan bahwa Tahir selaku Komisaris Utama Bank Mayapada tidak menjalankan fungsi operasional perusahaan.
Selain itu, dugaan tindak pidana oleh Ted dan Jessica ini masih dalam proses penyidikan di Polda Metro Jaya.
Lantas, bagaimana profil dan rekam jejak Dato Sri Tahir sebenarnya?
Dilansir dari publikasi tahirfoundation.or.id, Dato Sri Tahir merupakan pendiri Mayapada Group.
Ia memegang teguh pepatah kuno, “Setiap krisis memberikan peluang tersendiri”.
Berkat ungkapan tersebut, kini ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia versi Forbes dan membangun kerajaan bisnisnya sejak 1980-an.
Pada awalnya, ia menjalankan usaha di bidang perbankan, tekstil, dan industri otomotif.
Kemudian, bisnis Tahir merambah ke berbagai sektor, meliputi perbankan, kesehatan, retail, asuransi, real estat, dan media.
Sebagai penganut Kristiani, ia percaya bahwa bisnis harus mempunyai kepemimpinan kuat, arah tujuan jelas, dan visi jangka panjang.
Pria yang dilahirkan pada 26 Maret 1952 itu adalah anak dari pasangan Boen Ing dan Lie Tjien Lien yang berprofesi sebagai pengrajin becak.
Dato Sri Tahir menamatkan pendidikan di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.
Tak berhenti sampai disitu, dia melanjutkan sekolah ke Nanyang Technological University dan meraih gelar Sarjana Manajemen pada 1976.
Pada 1987, Tahir kembali berkuliah di tingkat pascasarjana dan menyabet gelar Master of Business Administration dari Golden Gate University.
Selain itu, ia turut diganjar gelar kehormatan sebagai Doctor Honoris Causa dari Universitas 17 Agustus Surabaya pada 2008.
Tahir mulai merintis bisnisnya sendiri ketika belajar di Nanyang Technological University.
Saat itu, suami Rosy Riady tersebut membeli pakaian wanita dan sepeda di salah satu pusat perbelanjaan di Singapura, lalu menjualnya kembali di Tanah Air.
Karena dianggap sukses di sektor garmen, ia mulai memberanikan diri untuk mencoba peruntungan di bidang perbankan, kesehatan, dan otomotif.
Berdasarkan arsip Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Dato Sri Tahir menjadi salah satu dari 50 pengusaha Tionghoa paling berhasil di luar negeri.
Ia dianugerahi penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award pada 2011.
Ia juga pernah menduduki posisi strategis sebagai Senior Advisor di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Bidang Kesejahteraan Rakyat, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Tionghoa (PERMIT), Ketua Dewan Eksekutif Asosiasi Tenis Meja Indonesia (PB PTMSI), serta Asosiasi Tenis Meja Asia Tenggara (SEATTA).
Mengutip unhcr.org, Tahir dinobatkan sebagai Eminent Advocate for UNHCR oleh Komisaris Tinggi.
Selanjutnya dianugerahi sebagai Champion of the Global Shelter Coalition di Abu Dhabi.
Berkat kontribusinya, ia mendapatkan gelar kenegaraan tertinggi ‘Dato’ Sri berasal dari pemberian Sultan Pahang Malaysia.
Sebagaimana data Forbes, Dato Sri Tahir dan keluarga memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 4,4 miliar atau setara Rp 66,15 triliun (kurs Rp 15.037).
Harta kekayaannya berasal dari saham Bank Mayapada, Maha Properti Indonesia, dan berbagai properti yang tersebar di Singapura.
Angka tersebut terus meningkat lantaran istrinya merupakan putri taipan Mochtar Riady.
Dato Sri Tahir menempati peringkat ke-9 orang terkaya di Indonesia pada 2022.
Sedangkan di tingkat global, ia berada di posisi ke-645 per 20 Juni 2023.
Ranking tersebut bisa bergeser sesuai dengan perkembangan jumlah kekayaan para miliarder dunia.
(redaksi)