
VONIS.ID – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan negaranya tengah berada dalam perang total dengan Amerika Serikat, Israel, dan beberapa negara Eropa.
Pernyataan ini Pezeshkian sampaikan melalui situs resmi Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Minggu (8/12/2025).
Pezeshkian Bandingkan Perang dengan Iran-Irak
Dalam pernyataannya, Pezeshkian menegaskan bahwa perang saat ini jauh lebih kompleks dan sulit daripada perang Iran-Irak pada 1980-an yang menewaskan lebih dari 1 juta orang di kedua pihak.
Ia menuduh Barat terus berupaya membuat Iran tidak stabil.
“Kami berada dalam perang skala penuh dengan Amerika Serikat, Israel, dan Eropa. Mereka tidak menginginkan negara kami tetap stabil,” kata Pezeshkian.
Ketegangan meningkat setelah serangan udara Israel dan AS terhadap Iran pada Juni lalu.
Serangan yang berlangsung selama 12 hari itu menewaskan hampir 1.100 warga Iran, termasuk ilmuwan nuklir dan komandan militer senior.
Sebagai balasan, negara itu melancarkan serangkaian serangan rudal yang menewaskan 28 orang di Israel.
Insiden ini menandai eskalasi serius dalam konflik antara Iran dan negara-negara Barat.
Pertemuan Netanyahu dan Trump Jadi Fokus
Pernyataan Pezeshkian muncul dua hari sebelum kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Amerika Serikat, untuk bertemu Presiden Donald Trump.
Iran diperkirakan akan menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut, termasuk isu keamanan regional dan program nuklir Iran.
Para analis menilai pernyataan Pezeshkian ini dapat menjadi bentuk peringatan politik, sekaligus upaya untuk memperkuat posisi domestik menjelang pertemuan diplomatik penting antara AS dan Israel.
Pernyataan Pezeshkian menunjukkan risiko meningkatnya konflik militer terbuka di kawasan Timur Tengah.
Dengan retorika perang yang intens dan serangan balasan yang telah terjadi, situasi ini menjadi salah satu titik panas global yang harus diwaspadai.
Pemerintah Barat hingga kini belum memberikan tanggapan resmi terhadap klaim perang skala penuh dari Iran.
Namun, komunitas internasional terus memantau perkembangan di wilayah tersebut, karena potensi eskalasi bisa berdampak luas pada stabilitas regional dan perdagangan energi global. (*)
