VONIS.ID, SAMARINDA – Wali Kota Samarinda terpilih, Andi Harun mengungkapkan rasa bela sungkawanya atas kepergian, aktivis Carolus Borromeus Beatrix Tuah Tennes, atau yang akrab disapa Carolus Tuah.
Kepada awak media, Andi Harun mengenang kalau sosok Tuah adalah seorang aktivis kritis yang cerdas, tegas dan tak bisa dibeli dengan uang. Apalagi saat sosok Tuah menjabat sebagai Koordinator Pokja 30, dirinya dikenal dengan kritikan-kritikannya yang tajam.
Kabar kepergian Carolus Tuah itu tersiar pada Kamis 9 Januari 2025 kemarin. Andi Harun mengaku mengenal Tuah sudah sangat lama, jauh sebelum dirinya terpilih duduk memimpin Kota Tepian. Tepatnya saat masih menjadi wakil rakyat di Karang Paci, sebutan DPRD Kaltim. Andi Harun dan Tuah sering beradu argumen di berbagai forum, bahkan berdebat panjang dalam pemberitaan media massa.
AH, sapaan karibnya, menganggap Tuah merupakan teman diskusi dan juga sahabat dalam beradu ide. Mulai dari membahas topik berat hingga yang ringan-ringan.
“Tapi semenjak dia memilih berhenti dan bekerja sebagai staf di Kabupaten Mahakam Ulu, intensitas diskusi mulai berkurang,” kata AH selepas penetapan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Samarinda terpilih, kemarin.
Meski diskusi AH dan Tuah tak seintes dulu, namun setiap kepulangan sang aktivis ke Samarinda, mereka berdua kerap bertukar kabar untuk berjanji temu, sekadar meminum kopi dan membuka diskusi kecil. Apa pun mereka dibahas.
Namun lanjut AH, ada tiga isu yang selalu dan wajib terselip. Yakni perihal demokrasi, publik, sampai persoalan korupsi di Kaltim.
“Dia orang yang tak bisa dibeli, kritis, dan wajib jadi panutan para aktivis muda di Kaltim,” sebutnya.
Dalam kenangan AH, momen kritikan tajam Tuah pernah terjadi saat dirinya berlaga di Pilkada Samarinda 2020 lalu. Kala itu, kata AH, dirinya yang sedang melakukan kampanye di kawasan Sambutan, Pelita IV, mendapat intrupsi dari salah satu kerumunan masyarakat yang hadir. Rupanya, intrupsi itu dilakukan oleh Tuah, yang kata AH menyelip di tengah kerumunan masyarakat.
“Saya ingat betul, waktu itu dia (Tuah) bilang begini. Bung, enggak usah banyak narasi. Satu saja, kalau kamu bisa membereskan persoalan air bersih di Pelita IV itu sudah top. Saya (Tuah) udah lama tinggal di sini, tak pernah nyaman karena kekurangan air bersih. Sering mati. Kalau pun mengalir, bergiliran. Kalau lu bisa bikin lancar, top sudah,” ungkap Andi Harun mereka ulang ingatannya.
Kalimat itu jelas menggeser seluruh narasi yang dibangun AH dalam kampanye dan dia merasa tertantang. Pada momen itu, AH secara kontan langsung menjawab intrupsi dan tantangan yang dilayangkan Tuah.
“Saya jawab begini. Saya janjikan jika terpilih lima bulan saya bereskan,” kenang AH menjawab tantangan Tuah.
AH kala itu benar terpilih sebagai Wali Kota Samarinda, tantangan Tuah pun lantas menjadi salah satu prioritasnya. Sangking seriusnya, AH membuktikan janjinya dengan membuat air mengalir lancar di kawasan kediaman Tuah. Hanya dengan waktu tiga bulan.
“Setelah itu selesai, beberapa waktu kemudian kami kembali bertemu di sebauh kafe. Saya bilang begini, jangan gengsi ayo akui, saya sudah buktikan bisa wujudkan tantangan dari lu” tambahnya.
AH mengenang Tuah sebagai sosok pemuda Dayak yang sangat inspiratif dengan sifat egaliter dan kritis. Sosok yang menurutnya tak pernah kendur dalam memperjuangkan apa yang dipercayainya. AH mengaku sangat berduka dengan kabar kepergian Tuah, dan berdoa agar sang aktivis bisa menjadi sosok tauladan dan panutan para kaula muda di Kaltim.
“Selamat jalan, bung,” tutup AH.
(tim redaksi)