VONIS.ID - Diskusi publik 'Ngopi' Ngobrol Pintar "Untung dan Rugi 2026 Samarinda Bebas Zona Tambang", juga menghadirkan akademisi dari Universitas Mulawarman (Unmul), Hairul Anwar atau yang akrab disapa Cody.
Cody mengaku sempat sakit hati dengan orang penting yang menyebut cadangan batu bara masih aman hingga berpuluh-puluh tahun.
"Kemarin saya habis berbicara dengan orang pentinglah dan sempat sakit hati. Dikatakan batu bara kita masih cukup 40 tahun lagi, bahkan jika cadangan potensi itu proven, bisa 100 tahun lagi. Pongah betul," ujarnya.
"Samarinda, saya mulai dari dosen tahun 2000, dan pertama kali melihat RTRW Samarinda. Itu kaget Samarinda 711 km persegi di RTRW-nya ada tambang ada kebun sawit. Bingung kok kota ada sawit ada tambang," ujarnya mengawali pertanyaan apakah ekonomi Samarinda bisa tanpa tambang.
Cody kemudian kembali pada poin substansi.
"Apakah Samarinda baik-baik saja tanpa tambang? Ya. Samarinda tak perlu tambang. Biar saja orang nambang di Kutim, di Kubar, di Berau. Kan Samarinda dapat duit juga dari itu," tegasnya.
Ia pun menjelaskan mengapa Samarinda tetap akan mendapatkan perputaran ekonomi meski daerahnya tanpa tambang.
"Orang buat duit di Kubar, Mahulu, Kutim, di Berau, itu produksi barang di situ, duitnya dengan sendiri mengalir ke Samarinda, Itu yang menyebabkan Samarinda berjaya pada jasa dan perdagangan," katanya.
"Jadi kita akan hidup tanpa itu (industri pertambangan). Samarinda sekarang kontribusi nya yang besar juga adalah konstruksi, Tetapi itu akan menurun, ketika proses kontruksi selesai semua," ujarnya.
Poin penting yang disampaikan Cody adalah bagaimana suatu kota bisa dengan lancar mengembangkan sektor ekonomi jasa dan perdagangan, termasuk untuk Samarinda.
"Kita sampai hari ini, belum ada wali kota yang mampu memaksimalkan pendapatan dari jasa dan perdagangan. Itu masalahnya," ujarnya.
(redaksi)