Jumat, 22 November 2024

Imbas Penembakan Balon Udara 'Mata-mata', Amerika Serikat dan China Kembali Tegang

Selasa, 7 Februari 2023 11:46

Bendera nasional China dan bendera nasional Amerika Serikat (AS) berkibar di sepanjang Pennsylvania Avenue dekat Gedung Capitol (Gedung Kongres) AS di Washington, 18 Januari 2011, selama kunjungan kenegaraan Presiden China kala itu Hu Jintao. Foto/REUTER

VONIS.ID - Hubungan Amerika Serikat dengan China kembali tegang usai insiden penembakan balon udara yang disebut sebagai alat mata-mata.

Balon tersebut terlihat di wilayah AS beberapa hari lalu.

Pihak China menyebut bahwa balon tersebut adalah alat pengamatan meteorologi, dan menyesalkan telah nyasar ke wilayah AS tanpa disengaja.

Namun, jet tempur milik AS menembak balon China di lepas pantai Carolina selatan, pada Sabtu (4/2).

Presiden AS Joe Biden memuji pilot penerbang yang menembak jatuh balon tersebut.

Awalnya Biden mengatakan dia mengeluarkan perintah untuk mentakedown balon, tetapi Pentagon menyarankan agar penembakan balon tersebut ditunggu sampai tiba di perairan terbuka.

Hal itu untuk melindungi warga sipil dari puing-puing yang jatuh ketika balon tersebut ditembakan.

"Mereka berhasil menurunkannya, dan saya ingin memuji para penerbang kita yang melakukannya," kata Biden dilansir Reuters, melalui Detik.com, Minggu (5/2/2023).

Beberapa pesawat tempur dan pesawat pengisi bahan bakar terlibat dalam misi tersebut, tetapi hanya satu, yakni jet tempur F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Langley di Virginia yang melakukan penembakan pada pukul 14.39 dengan menggunakan satu rudal udara ke udara supersonik AIM-9X, pencari panas, kata seorang pejabat senior militer AS.

Atas kejadian itu China mengutuk keras serangan militer terhadap pesawat yang menurutnya digunakan dengan tujuan meteorologi dan ilmiah lainnya.

China mengklaim pesawat tersebut tersesat ke wilayah AS yang 'spenuhnya tidak sengaja', klaim tersebut lalu dibantah mentah-mentah oleh pejabat AS.

"China jelas meminta AS untuk menangani ini dngan baik dengan cara yang tenang, profesional dan terkendali," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan.

"AS bersikeras menggunakan kekuatan, jelas bereaksi berlebihan," tambanhnya.

Pemerintah China marah atas keputusan Amerika Serikat untuk menembak jatuh balon China yang diklaim Beijing telah menyimpang dari jalurnya.

Kementerian Luar Negeri China menyebut keputusan itu telah "berdampak serius dan merusak" hubungan antara kedua negara.

Pesawat tanpa awak milik China, yang menurut Washington adalah balon mata-mata, telah menghabiskan waktu beberapa hari terbang di atas wilayah AS, membuat Washington membatalkan rencana kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing.

Dilansir kantor berita AFP, Senin (6/2/2023), Beijing memprotes tindakan tersebut, mengklaim bahwa balon tersebut adalah pesawat sipil tanpa awak yang tersasar keluar jalur.

Pada hari Minggu (5/2), China mengajukan pengaduan resmi ke kedutaan AS di China.

"Tindakan Amerika Serikat berdampak serius dan merusak upaya dan kemajuan kedua belah pihak dalam menstabilkan hubungan China-AS sejak pertemuan di Bali," kata Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng dalam pengaduan tersebut, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri. Dia merujuk pada pertemuan puncak antara presiden Joe Biden dan Xi Jinping pada November tahun lalu di Bali.

"Kami memperhatikan perkembangan situasi dan berhak untuk membuat reaksi lebih lanjut yang diperlukan," imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri China.

(redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Beritakriminal