VONIS.ID - Karla Jacinto, baru berusia 12 tahun saat dia ditipu untuk menjadi pekerja prostitusi cilik di Meksiko.
Dia mengaku telah diperkosa oleh lelaki hidung belang sebanyak 43.200 kali ketika empat tahun terjerembab di lembah hitam.
Seingat dia, setiap hari ada sekitar 30 lelaki yang terpaksa harus dia layani, tujuh hari sepekan, selama empat tahun, maka keluarlah angka 43.200 kali.
Kisah Karla menjadi cerminan buramnya penegakan hukum di Meksiko, terutama terkait perdagangan manusia dan pelacuran anak di bawah umur.
Puluhan ribu wanita Meksiko diperjualbelikan hingga ke Amerika Serikat, salah satunya di kota Atlanta dan New York.
Jika bicara soal perdagangan manusia Meksiko, ada sebuah kota yang menjadi perhatian utama, kota kelahiran Karla, yaitu Tenancingo.
Susan Coppedge, Duta Kementerian Luar Negeri AS untuk Pemberantasan Perdagangan Manusia mengatakan, perdagangan manusia, mucikari dan prostitusi merupakan industri besar di kota berpenduduk 13 ribu orang itu.
Karla diambil dari Zacatelco, sebuah permukiman kecil di Tenancingo.
Ibunya tidak memedulikannya, dan dia telah menjadi korban pelecehan seksual sejak usia lima tahun oleh kerabatnya sendiri.
Saat dia berusia 12 tahun, dia termakan bujuk rayu seorang pria yang 10 tahun lebih dua dari dirinya.
Pria itu mengiminginya dengan mobil besar dan kehidupan yang lebih baik.
Karla termakan umpan saat kebencian kepada ibunya memuncak ketika dia dikunci di luar rumah lantaran terlambat pulang.
"Sehari setelahnya saya pergi dengan pria itu. Saya tinggal dengan dia selama tiga bulan, dia perlakukan saya dengan baik. Dia membelikan saya pakaian, sepatu, bunga, cokelat dan semuanya sangat indah," ucap Karla Jacinto, dikutip dari CNN.
Namun kebahagiaan itu ternyata semu.
Karla dikirim ke Guadalajara, kota terbesar di Meksiko, untuk menjadi pelacur cilik bersama korban lainnya.
Saat itu dia mulai bekerja pukul 10 pagi, selesai tengah malam.
Seminggu dia berada di kota itu sebelum dipindahkan ke kota-kota lainnya di Meksiko.
Karla berpindah ke beberapa kota.
Dia ditempatkan di rumah-rumah bordil, motel pinggir jalan, dan pekerja seks panggilan yang biasa mangkal di trotoar.
Tidak ada hari libur.
Setiap hari sedikitnya 30 pria dia layani, tujuh hari sepekan.
Dia pernah dipukuli oleh pria yang menjebaknya karena ada bekas ciuman di tubuhnya.
"Dia memukuli seluruh tubuh saya dengan rantai. Ditinju, ditendang, dijambak rambut saya, diludahi wajah saya, dan dia membakar saya dengan seterika," tuturnya.
Suatu hari, polisi pernah menggerebek hotel tempatnya bekerja.
Karla berpikir ini adalah hari baik karena dia akan diselamatkan oleh petugas.
Tapi pikiran itu salah.
Polisi malah mengambil video anak-anak itu dengan posisi cabul, mengancam akan menyebarkannya ke keluarga mereka jika Karla dan kawan-kawannya tidak menurut.
Padahal saat itu Karla baru berusia 13 tahun.
Di usia 15 tahun, Karla hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan.
Mucikarinya menjadikan bayi ini sebagai ancaman.
Jika Karla berani berulah atau kabur, bayi itu akan dibunuh.
Karla tidak bisa menemui bayinya hingga berusia satu tahun.
Tahun 2006, Karla diselamatkan oleh operasi anti-perdagangan manusia kepolisian Mexico City.
Saat itu usianya 16 tahun dan telah empat tahun merasakan kegetiran hidup.
United Against Human Trafficking tempat Karla tinggal selama setahun setelah diselamatkan mengklarifikasi pengakuan wanita itu.
Saat ini menjadi aktivis anti perdagangan manusia.
Karla telah menceritakan kisahnya di berbagai konferensi dan pertemuan publik.
Dia pernah menceritakan pengalamannya ini kepada Paus Fransiskus saat mengunjungi Vatikan pada Juli 2015 dan kepada Kongres AS.
Dalam pesannya, Karla mengatakan bahwa pelacuran dan perdagangan anak masih terjadi dan tugas negara untuk menghentikannya.
"Anak-anak ini diculik, dipancing, dan direnggut dari keluarga mereka. Jangan hanya mendengarkan saya. Anda harus mengerti apa yang terjadi pada saya dan lepaskan penutup mata Anda," pungkasnya.
(redaksi)