VONIS.ID - Proyek pembangunan sekolah terpadu bertaraf internasional di Samarinda terus berjalan sesuai rencana.
Pembangunan tersebut merupakan upaya nyata Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Sekolah ini berlokasi di eks SMP Negeri 16, Jalan Jakarta, Loa Bakung, dengan anggaran mencapai kurang lebih Rp 70 miliar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin, mengungkapkan bahwa sekolah ini akan menjadi percontohan dengan berbagai fasilitas lengkap dan sistem pembelajaran berbasis bilingual.
“Kami berharap ke depannya setiap kecamatan di Samarinda memiliki sekolah terpadu seperti ini. Namun, kita mulai dari yang di Loa Bakung dulu. Nantinya, sekolah ini akan dilengkapi fasilitas terbaik, guru yang kompeten, dan proses pembelajaran bilingual. Selain itu, kami juga ingin memperkuat nilai keagamaan, akhlak, dan karakter siswa sehingga menjadi model sekolah percontohan,” ujar Asli Nuryadin.
Sekolah terpadu ini dirancang dengan jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA.
Selain itu, area sekolah tersebut juga strategis lantaran dekat dengan masjid. Asli memastikan bahwa pembangunan ini berdasarkan pertimbangan penuh, sehingga menciptakan model pendidikan yang komprehensif.
“Misal nanti ada drop-off untuk siswa, kantin sehat, apalagi ditambah dengan program makanan bergizi gratis yang sudah kita uji coba beberapa waktu lalu, termasuk guru-gurunya yang paling tidak juga bilingual. Karena kita sudah masuk era globalisasi,” ujarnya.
Asli juga menjelaskan bahwa pembangunan sekolah hampir mencapai seratus persen, meski beberapa fasilitas seperti pagar dan peralatan penunjang akan dilengkapi pada 2025.
“Target kami, sekolah ini sudah dapat digunakan pada Juli 2025. Nantinya, tim khusus akan menguji kualitas guru berdasarkan kemampuan IT, bahasa Inggris, perilaku, dan integritas mereka,” jelasnya.
Untuk mengatasi kemungkinan ketimpangan, Pemkot Samarinda juga membangun SMP Negeri 50 di kawasan yang sama. Sekolah ini dirancang sebagai alternatif jika kapasitas Sekolah Terpadu tidak mencukupi. SMP Negeri 50 juga diproyeksikan menjadi salah satu sekolah terbaik kedua di kawasan tersebut.
“Kami tidak ingin ada ketimpangan. Oleh karena itu, selain Sekolah Terpadu, kami bangun juga SMP Negeri 50. Ke depannya, mudah-mudahan pembangunan sekolah seperti ini dapat dilakukan di Palaran dan kecamatan lainnya,” terang Asli.
Meski diakui bahwa setiap kebijakan memiliki tantangan, Asli menegaskan bahwa tujuan utama adalah menciptakan manfaat besar bagi masyarakat.
“Kami ingin membuat kebijakan yang menghasilkan perubahan signifikan. Meski ada kekurangan, itu tidak boleh menjadi hambatan untuk menciptakan pendidikan berkualitas di Samarinda,” pungkasnya. (*)