VONIS.ID - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) kerap menggelar sosialisasi mengenai stunting di SMA hingga kampus-kampus di Samarinda.
Hal ini bertujuan memberikan edukasi sejak dini terkait bahaya dan cara menghindari stunting pada anak.
Angka kasus stunting di Samarinda terus ditekan.
Semula, kasus stunting di Kota Tepian berada di angka 10,47 persen.
Terbaru, kasusnya terus menurun dan kini berada di kisaran 9 persen.
Demikian diungkapkan Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Samarinda, Rinda Wahyuni Andi Harun.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan kegiatan Goes To School yang terdiri dari anak SMA dan Goes To Kampus yang menyasar mahasiswa Universitas Mulawarman, Universitas Widyagama dan UMKT.
"Di situlah kami memasukkan materi tentang stunting, akibat pernikahan dini, sex bebas," kata Rinda saat ditemui beberapa hari lalu.
Di samping itu pihaknya secara rutin mengecek Posyandu sembari sosialisasi untuk pemenuhan gizi yang baik.
Hal itu ia katakan bisa terwujud berkat kerjasama berbagai pihak.
"Menurunkan angka stunting, berkat dikeroyok semua stakeholder yang ada, baik dari Dinas KB nya, tenaga kesehatan dan juga berbagai instansi yang ada,"ujarnya.
Ia menjelaskan ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya persoalan stunting.
"Jadi kami edukasi kepada calon-calon pengantin agar pada saat setelah pernikahan, mempersiapkan bagaimana cara menjadi seorang ibu dan memenuhi kebutuhan gizinya ketika nanti sudah memiliki anak,"jelasnya.
Dalam Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, Rinda mengatakan pihaknya juga membuat resep makanan bergizi tinggi.
"Seperti daun kelor yang gizinya sangat tinggi, jadi PKK tetap membantu pemerintah dalam hal penurunan stunting," katanya. (*)