VONIS.ID - Duduk soal konflik Rusia Ukraina yang mulai memanas, benarkah berpotensi terjadi World War 3 atau Perang Dunia III?
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengumumkan operasi militer ke Ukraina, yang langsung berimbas pada serangan ke negara tetangga tersebut.
Vladimir Putin berdalih, langkah itu diperlukan demi melindungi orang-orang yang telah menjadi sasaran genosida pemerintah berkuasa Ukraina.
Kondisi terkini Ukraina, sejumlah kota besar termasuk Kyiv, ikut terdampak dengan serangan yang dilancarkan militer Rusia.
Tak ayal dunia mengkhawatirkan konflik Rusia Ukraina itu dapat memicu terjadinya World War 3 atau Perang Dunia III.
Sebenarnya konflik Rusia Ukraina telah berlangsung lama.
Sebagai bekas republik Soviet dan di dua wilayah yang pernah di bawah kuasa kekaisaran Tsar, Ukraina memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia.
Bahkan sebagian wilayah Ukraina masih menggunakan bahasa Rusia.
Pada 2014, Rusia pernah menyerbu Ukraina, ketika kelompok separatis yang didukung VladimirPutin, merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina.
Sejak itu, Rusia telah mencaplok Krimea.
Konflik ini memanas ketika Presiden Ukraina yang pro-Rusia digulingkan pada awal 2014.
Alhasil Rusia menyerang Ukraina dengan korban jiwa berjatuhan sebanyak 14.000 nyawa.
Rusia dan Ukraina telah menandatangani perjanjian damai Minsk untuk menghentikan konflik bersenjata di Ukraina timur, termasuk wilayah Donbas.
Tetapi karena konflik terus berlanjut, Rusia mengatakan akan mengirim penjaga perdamaian ke wilayah di mana konflik sedang terjadi.
Cara Rusia tersebut tak semata membuat dunia tenang, Barat mencurigai hal tersebut sebagai negeri Vladimir Putin untuk menduduki wilayah berdaulat Ukraina.
Situasi mulai tidak terkendali lagi pada awal 2021 ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk membiarkan Ukraina bergabung dengan NATO.
Ini membuat marah Rusia, dan mulai mengirim 100.000 pasukan di dekat perbatasan Ukraina.
Rusia mengklaim pengiriman pasukan itu untuk latihan pada April 2021 dan meningkatkannya selama Juni 2021.
Pada Desember 2021, Amerika Serikat mulai meningkatkan pengerahan pasukan Rusia dan Presiden Joe Biden memperingatkan sanksi berat jika Rusia menginvasi Ukraina.
Rusia telah menuntut agar Barat memberikan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa NATO tidak akan mengadakan kegiatan militer apa pun di Eropa Timur dan Ukraina.
Vladimir Putin menuduh Ukraina adalah sekutu Barat dan dia tidak akan pernah mengakui Ukraina menjadi negara yang sah.
Ketegangan baru antara Rusia dan Ukraina terjadi di awal 2022, yang juga berdampak buruk bagi Uni Eropa.
Itulah sebabnya Uni Eropa yang sebagian besar merupakan penandatangan NATO telah bergabung dengan Amerika Serikat dalam mengumumkan sanksi terhadap Rusia.
Pada Februari 2022 ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron serta Kanselir Jerman terbang ke Moskow untuk berbicara dengan Vladimir Putin guna mengurangi ketegangan konflik Rusia Ukraina.
Gedung Putih sebenarnya siap melakukan diplomasi melalui sebuah pernyataan pada Minggu, 20 Februari 2022, setelah Paris menyarankan untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Alih-alih menghentikan ketegangan, konflik Rusia Ukraina justru makin panas setelah Vladimir Putin pada pidato Senin 21 Februari 2022, mengakui deklarasi dua wilayah Ukraina Timur, Donetsk dan Luhansk.
Konflik Rusia Ukraina kian membara setelah Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di negara tetangganya itu pada Kamis, (24/2/2022), serta meminta militer di sana meletakkan senjata.
Hal ini menentang kemarahan Barat dan seruan global untuk tidak melancarkan perang.
Potensi Ancaman World War 3
Kekhawatiran akan pecahnya Perang Dunia III memang terus bergema semenjak konflik Rusia Ukraina semakin memanas.
Apalagi karena negara-negara blok barat seperti Amerika Serikat ikut menanggapi konflik tersebut.
Namun benarkah konflik Ukraina Rusia bisa berujung pada terjadinya Perang Dunia III?
Melansir BBC, rupanya hal ini kemungkinan besar tidak akan terjadi.
Pasalnya tidak peduli seberapa besarnya konflik Rusia Ukraina, NATO tidak pernah terlibat untuk berkonfrontasi langsung.
Malah Amerika Serikat dan Inggris langsung menarik kekuatan militer mereka setelah Rusia terlihat mulai membangun kekuatan untuk menyerang Ukraina.
"Ini baru menjadi perang dunia kalau Amerika dan Rusia mulai menembak satu sama lain," ujar Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
Joe Biden bahkan sempat berjanji tidak akan menurunkan pasukan Amerika Serikat ke Ukraina dalam kondisi apapun.
Kendati demikian, blok barat masih menyimpan kekhawatiran Rusia benar-benar melakukan invasi skala penuh terhadap Ukraina.
Kekhawatiran itu sedang terjadi sekarang, meski Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya tidak berniat merebut wilayah Ukraina.
Lantas harus seberapa khawatir dunia terhadap potensi perang yang terjadi di Ukraina dan Rusia?
Sejauh ini kekhawatiran terbesar apabila pasukan militer Rusia sampai mengincar negara-negara anggota NATO.
Sebab berdasarkan Artikel 5 NATO, seluruh negara blok barat harus ikut membantu pertahanan negara lain yang sedang diserang.
Sementara itu Ukraina bukan bagian dari negara NATO.
Upaya bergabungnya Ukraina ke NATO ini pula yang memicu terjadinya ketegangan dengan Rusia, meski selanjutnya dipengaruhi oleh berbagai faktor lain termasuk dukungan Kremlin terhadap kelompok separatis di timur Ukraina.
Namun negara-negara di sekitar Ukraina seperti Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia adalah bagian dari NATO.
Andai Rusia melakukan invasi dengan alasan apapun, maka bisa jadi sebuah perang yang lebih besar akan terjadi.
Seorang pejabat militer senior di Inggris menyatakan bahwa Rusia sejatinya tidak berniat untuk melawan NATO.
"Putin hanya ingin mengendalikan Ukraina seperti Belarusia," ungkapnya.
Meski begitu, langkah-langkah politik Vladimir Putin ke depannya sangat patut diantisipasi.
Apalagi Vladimir Putin sempat melempar ancaman tegas untuk negara yang berani membantu Ukraina.
Serangan Rusia terhadap Ukraina belum berhenti hingga saat ini, dan terus menjadi sorotan dunia.
Ibu kota Ukraina, Kiev, serta sejumlah wilayah lain seperti Kharkiv turut terdampak akibat serangan militer Rusia.
(*)