"Seperti Khutbah, tidak banyak orang yang bersedia untuk Khutbah. Tapi saya berkhutbah. Semoga itu menjadi amal shaleh dan menghapus dosa-dosa saya selama ini," sambungnya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menuturkan bahwa kesuksesan cepat atau lambatnya proses penyembelihan itu tergantung oleh tim peroboh dan pengikat sapi kurban.
"Tim pengikat harus benar-benar mengetahui celah dan melakukan peregangan hewan kurban. Karena ini kan ada gelambirnya, nah pisau juga harus tajam. Saya punya banyak pisau, mulai dari buatan Bandung, Tasik, Banjar, Balikpapan, Toraja, Arab, Jerman dan Swiss. Banyak koleksi dimintai orang juga," katanya seraya tertawa.
Pria kelahiran Samarinda itu juga menuturkan bahwa kecepatan ketika menyembelih hewan kurban menjadi sensasi tersendiri baginya. Terkadang, ia juga merasa bingung saat menghadapi sapi dengan ukuran jumbo.
"Bingung motongnya dari arah mana, kalau sapi kecil kita sudah bisa mengukur dengan lading. Nah kalau sapi jumbo ini bingung motongnya darimana, ya begitulah kisah saya selama menyembelih sapi mulai tahun 2000," paparnya.
(mu/adv/diskominfokaltim)