VONIS.ID - Rendahnya angka keterwakilan perempuan di lembaga legislatif jadi atensi Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Shemmy Permata Sari.
Disampaikannya, peran perempuan di parlemen Kaltim masih jauh dari target yang diinginkan, meskipun kemajuan signifikan telah dicapai dalam kesetaraan gender di banyak sektor.
Ia membeberkan target keterwakilan perempuan di DPRD Kaltim adalah 30%, namun yang terpilih hanya 14,54%.
“Target keterwakilan perempuan di DPRD Kaltim adalah 30%, namun kenyataannya hanya 14,54% atau 8 dari 55 anggota yang terpilih dalam Pemilu 2024 adalah perempuan,” ujar Shemmy.
Angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan Pemilu 2019 yang mencatatkan 11 perempuan di DPRD Kaltim atau sekitar 20% dari total anggota.
Meski prihatin dengan penurunan angka keterwakilan, Shemmy menegaskan bahwa kualitas dan kontribusi perempuan dalam proses pengambilan keputusan jauh lebih penting daripada sekadar memenuhi angka kuota.
“Perempuan di legislatif bukan hanya angka statistik. Mereka membawa perspektif yang lebih inklusif, lebih peka terhadap isu-isu sosial, dan dapat lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Kehadiran perempuan di parlemen sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang lebih berpihak kepada semua lapisan masyarakat,” jelas Shemmy.
Shemmy mengakui bahwa meskipun telah ada regulasi mengenai kuota gender untuk calon legislatif dan kampanye kesadaran publik, tantangan besar seperti stereotip gender, akses pendidikan, dan budaya patriarki masih menghambat perempuan untuk berperan lebih besar di politik.
“Kita masih menghadapi banyak hambatan, baik dari segi budaya maupun sistem pendidikan yang membatasi ruang gerak perempuan. Namun ini adalah perjuangan yang harus terus didorong, terutama untuk generasi muda perempuan di Kaltim,” tegasnya.
Dengan semangat yang sama, Shemmy mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama perempuan muda, untuk lebih berani dan aktif dalam berpolitik, dengan harapan dapat menciptakan perubahan yang lebih baik di masa depan.
“Kaltim membutuhkan peran perempuan yang lebih besar dan lebih nyata dalam pembangunan,” ucapnya.
Shemmy menegaskan, meskipun ada kemajuan dalam pemberdayaan perempuan di sektor pemerintahan, seperti semakin banyaknya perempuan yang menduduki jabatan tinggi, ketidakseimbangan antara jumlah perempuan dan laki-laki di posisi-posisi strategis masih menjadi pekerjaan rumah besar.
“Perempuan sudah mulai menduduki jabatan-jabatan penting, tetapi jumlahnya masih jauh dari harapan. Kita harus terus berjuang agar perempuan bisa mendapatkan lebih banyak tempat dan kesempatan,” pungkasnya (advertorial)