VONIS.ID - Ukraina terang-terangan menolak tawaran Rusia untuk melakukan gencatan senjata saat Natal Ortodoks.
Ya, Ukraina kini semakin percaya diri dapat mengalahkan Rusia setelah mendapatkan banyak bantuan persenjataan dari Amerika Serikat dan negara Barat.
Kini, Ukraina menolak gencatan senjata yang ditawarkan Rusia selama 36 jam pada perayaan Natal Ortodoks.
Dilansir AFP melalui Detik.com, Jumat (6/1/2023), arahan Vladimir Putin kepada pasukannya itu diumumkan beberapa hari setelah Moskow menderita kerugian paling mematikan yang dilaporkan dalam invasi, dan ketika pendukung Ukraina berjanji untuk mengirim kendaraan lapis baja dan baterai pertahanan udara Patriot kedua untuk membantu Kyiv.
Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina sama-sama merayakan Natal Ortodoks.
Perintah Putin itu juga datang menyusul seruan gencatan senjata dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill yang merupakan pendukung setia Putin.
"Dengan mempertimbangkan seruan Yang Mulia Patriark Kirill, saya menginstruksikan menteri pertahanan Federasi Rusia untuk menerapkan ... gencatan senjata di sepanjang garis kontak antara pihak-pihak di Ukraina," kata pernyataan Kremlin.
Kremli mengatakan, gencatan senjata ini akan berlangsung dari Jumat tengah hari (09.00 GMT), hingga akhir Sabtu (21.00 GMT).
Kyiv dengan cepat mengecam langkah tersebut.
"Rusia harus meninggalkan wilayah pendudukan, baru setelah itu akan ada 'gencatan senjata sementara'," tulis penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter.
"Simpan kemunafikan untuk dirimu sendiri," imbuhnya.
Presiden AS Joe Biden juga meremehkan pengumuman Putin.
"Dia siap mengebom rumah sakit dan gereja pada 25 Desember dan pada Hari Tahun Baru," katanya.
"Kurasa dia sedang mencari oksigen," imbuh Biden.
Sementara, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menulis di Twitter: "Jeda 36 jam serangan Rusia tidak akan menghasilkan apa-apa untuk memajukan prospek perdamaian."
(redaksi)