VONIS.ID - Raja ketiga Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Saud dikenal sebagai seorang penguasa yang tegas membela Palestina.
Namun, hidupnya berakhir tragis di tangan keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Musaid pada 25 Maret 1975.
Iya dihabisi dengan cara ditembak.
Diketahui, Raja Faisal adalah putra dari pendiri Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz.
Dia memerintah Arab Saudi pada 1964 setelah sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri.
Raja Faisal juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Arab Saudi untuk PBB.
Beliau dikenal sebagai sosok yang tidak banyak bicara, tetapi memiliki kemampuan dalam memimpin negara.
Semasa pemerintahannya, Raja Faisal memiliki pengaruh besar sebagi tokoh yang mereformasi pendidikan dan menghapus perbudakan di Arab Saudi sehingga menjadikan Kerajaan yang dipimpinnya lebih maju dan modern.
Namun naas hidupnya harus berakhir di tangan keponakannya sendiri Pangeran Faisal bin Mussaid.
Berikut profil singkat Pangeran Faisal bin Mussaid yang berhasil menghabisi Raja Faisal bin Abdul Aziz dilansir dari berbagai sumber.
Profil Pangeran Faisal bin Mussaid
Pangeran Faisal bin Mussaid merupakan anak dari Pangeran Mussaid bin Abdul Aziz al-Saud.
Ia memiliki saudara laki-laki bernama Pangeran Khaled bin Mussaid, yang diduga meninggal dalam bentrokan massa di stasiun televisi Riyadh pada 1966.
Selain Pangeran Khaled, Faisal juga memiliki saudara laki-laki lain, Pangeran Bandar, dan seorang saudari perempuan, Putri Al Jawhara.
Melansir dari sindonews.com, Pangeran Faisal sempat mengenyam pendidikan di beberapa universitas di Amerika Serikat (AS).
Selama dua semester, ia belajar di San Fransisco State College.
Dia digambarkan oleh teman-temannya sebagai pemuda yang pendiam, menyenangkan, dan tidak suka belajar.
Setelah itu, Pangeran Faisal melanjutkan pendidikannya di Universitas Colorado.
Pada 1970, sang pangeran ditangkap di Boulder, Colorado karena diketahui menjual narkoba jenis LSD dan hashish. Namun, jaksa distrik tersebut tidak dapat menjatuhkan hukuman karena sang pangeran memiliki kekebalan diplomatik.
Setahun kemudian, pada 1971, ia menerima gelar sarjana dalam bidang ilmu politik di Universitas Colorado di Boulder, Amerika Serikat.
Selanjutnya, ia mengambil program pascasarjana ilmu politik di Berkeley.
Namun, ia harus meninggalkan Amerika Serikat sebelum menyelesaikan pendidikannya.
Setelah meninggalkan Amerika Serikat, Pangeran Faisal pergi ke Beirut, Lebanon.
Di sini ia kembali terlibat kasus penyalahgunaan narkoba.
Karena masalah yang ditimbulkannya, otoritas Arab Saudi menyita paspor milik sang pangeran ketika ia kembali ke tanah kelahirannya. (redaksi)