VONIS.ID - Tim Solidaritas untuk Rempang yang terdiri dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) menduga aparat kepolisian menembakkan gas air mata secara serampangan dalam bentrokan di Jembatan Barelang, Batam pada 7 September lalu.
Kepala Divisi Riset dan Dokumentasi Koalisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Rozy Brilian Sodik mengatakan, dugaan itu didapatkan dari investigasi singkat Tim Solidaritas untuk Rempang pada 11-13 September.
“Kami menemukan fakta bahwa gas air mata ditembakkan secara serampangan, menyasar ke berbagai penjuru, setelah di jembatan 4 Barelang,” ucap Rozy Brilian, dikutip dari Kompas.com.
Rozy mengatakan, KontraS dan sejumlah LSM lain turun ke Batam untuk mewawancarai warga, salah satunya guru SMP Negeri (SMPN) 22 Batam yang terdampak paparan gas air mata.
Guru tersebut mengaku, ketika mendengar terdapat bentrok antara warga dengan aparat, ia langsung bergegas menuju ruang guru.
Menggunakan pengeras suara atau speaker, guru tersebut meminta aparat tidak menembakkan gas air mata ke arah sekolah.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.10 WIB.
Ruang kelas sedang terisi penuh oleh anak-anak yang mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasarkan kesaksian warga, polisi diduga menembakkan gas air mata ke arah kebun di dekat SMPN 2 Batam.