Jumat, 20 September 2024

Perang Dagang Uni Eropa dan China, Siapa yang Bakal Rugi?

Ilustrasi perang dagang Uni Eropa dan China/HO

Namun rencana ini masih memicu perdebatan di Benua Biru terkait apakah langkah ini memang bisa melindungi industri di wilayah itu.

Sejauh ini, Eropa masih mempertimbangkan untuk mengenakan tarif hingga 36,3% terhadap kendaraan EV buatan China yang akan diekspor ke wilayah itu.

Ini disebabkan dugaan bahwa kendaraan listrik China diproduksi dengan biaya yang disubsidi pemerintah sehingga melemahkan industri mobil di Eropa.

Sejumlah analis menilai bahwa China memang sedang mempromosikan EV di kancah global.

Dukungan berupa subsidi pemerintah telah membuat jumlah EV di Negeri Panda tersebut melebihi permintaan, dan akhirnya di ekspor ke beberapa negara di dunia.

"Kita berhadapan dengan ekonomi di China di mana uang kredit dialokasikan oleh negara dan bukan oleh pasar, dan negara memilih sektor yang ingin mereka promosikan. Dalam ekonomi seperti itu, jika Anda melakukan itu, Anda selalu mendapatkan investasi berlebih, Anda selalu mendapatkan kapasitas berlebih, Anda selalu mendapatkan produksi berlebih, dan kemudian produksi berlebih itu dibuang ke seluruh dunia," ucap William Reinsch, penasihat senior dan Scholl Chair dalam Bisnis Internasional di Center for Strategic and International Studies, dikutip dari CNBC International. (*)

Halaman 
Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
Beritakriminal