“Jika kami merasa ada ketimpangan dalam proses demokrasi, kami akan memilih kotak kosong. Kami ingin memastikan suara rakyat tidak dicurangi,” ucapnya.
Ia mengatakan, meskipun proses pendaftaran calon masih lama, relawan merasa perlu untuk mulai bersiap.
“Apakah ini terlalu dini? Kami rasa tidak. Calon yang ada saat ini sudah memulai kampanye beberapa bulan lalu. Jika pada akhirnya hanya ada satu calon, kami harus siap untuk mendukung kotak kosong sebagai alternatif,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa keputusan untuk mendeklarasikan dukungan terhadap kotak kosong tidak hanya didasarkan pada keputusan individu, tetapi merupakan kesepakatan kolektif dari banyak pihak.
“Kami sepakat untuk membangun gerakan ini bersama-sama. Kami ingin memastikan bahwa jika terjadi kotak kosong, kami akan mengawal suara rakyat dengan sebaik mungkin,” tegasnya.
Terkait dengan kaderisasi politik yang dinilai masih kurang, Edi Susanto menegaskan bahwa ini adalah indikasi dari kegagalan partai politik dalam menghasilkan calon yang berkualitas.
“Jika hanya ada satu calon, ini menunjukkan adanya kegagalan dalam kaderisasi dari partai politik. Kami sebagai masyarakat berusaha memberikan alternatif melalui kotak kosong,” ucapnya.