VONIS.ID - Indonesia diam-diam ternyata mempunyai utang tersembunyi dari China.
Utang tersebut tercatat sebesar US$17,28 miliar atau Rp245,37 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS).
Utang dengan nilai fantastis ini disampaikan oleh lembaga riset AidData dalam laporan bertajuk 'Banking on the Belt and Road: Insight from a new global dataset of 13.427 chinese development projects.'
Menanggapi hal itu, Kementerian Keuangan buka suara.
Staf Khusus (Stafsus) Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo menyatakan utang tersembunyi yang diungkapkan oleh AidData bukanlah milik pemerintah.
Utang tersebut milik BUMN hingga perusahaan swasta.
"Itu bukan utang pemerintah tapi dikait-kaitkan," tulis Yustinus dalam akun Twitter @prastow, dikutip Jumat (15/10).
Diketahui, AidData adalah lembaga penelitian pengembangan internasional.
Laporan ini membahas 13.427 proyek di 165 negara dengan nilai US$843 miliar.
Mengutip dokumen AidData , Jumat (15/10), utang Indonesia terkait dengan strategi belt and road initiative (BRI) yang digagas oleh China.
Indonesia menjadi satu dari ratusan negara yang memiliki utang tersembunyi kepada China.
"Secara kolektif, ini utang yang dilaporkan senilai sekitar US$385 miliar," tulis AidData.
Selain utang tersembunyi, Indonesia juga mendapat pinjaman dari China sebesar US$4,42 miliar atau Rp62,76 triliun melalui skema official development assistance (ODA).
Lalu, China juga menyalurkan pinjaman ke Indonesia lewat skema other official flows (OOF). Nilainya sebesar US29,96 miliar atau Rp425,43 triliun.
Sebagai informasi, utang tersembunyi yang diberikan China ke Indonesia tak tercatat di lembaga pemerintah.
Sebab, utang itu bukan disalurkan lewat pemerintah, tetapi perusahaan negara atau BUMN.
Selain BUMN, utang juga disalurkan lewat bank milik negara, dan perusahaan swasta.
"Utang ini sebagian besar tidak muncul di neraca pemerintah," jelas AidData dilansir dari cnnindonesia.com. (*)