Shemmy mengakui bahwa meskipun telah ada regulasi mengenai kuota gender untuk calon legislatif dan kampanye kesadaran publik, tantangan besar seperti stereotip gender, akses pendidikan, dan budaya patriarki masih menghambat perempuan untuk berperan lebih besar di politik.
“Kita masih menghadapi banyak hambatan, baik dari segi budaya maupun sistem pendidikan yang membatasi ruang gerak perempuan. Namun ini adalah perjuangan yang harus terus didorong, terutama untuk generasi muda perempuan di Kaltim,” tegasnya.
Dengan semangat yang sama, Shemmy mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama perempuan muda, untuk lebih berani dan aktif dalam berpolitik, dengan harapan dapat menciptakan perubahan yang lebih baik di masa depan.
“Kaltim membutuhkan peran perempuan yang lebih besar dan lebih nyata dalam pembangunan,” ucapnya.
Shemmy menegaskan, meskipun ada kemajuan dalam pemberdayaan perempuan di sektor pemerintahan, seperti semakin banyaknya perempuan yang menduduki jabatan tinggi, ketidakseimbangan antara jumlah perempuan dan laki-laki di posisi-posisi strategis masih menjadi pekerjaan rumah besar.
“Perempuan sudah mulai menduduki jabatan-jabatan penting, tetapi jumlahnya masih jauh dari harapan. Kita harus terus berjuang agar perempuan bisa mendapatkan lebih banyak tempat dan kesempatan,” pungkasnya (advertorial)