Namun begitu, ia menyayangkan Kemenko Marvest justru berkilah atas adanya dugaan penyelundupan jutaan biji nikel ke China.
Anak buah Luhut, berkilah bahwa itu bukan penyelundupan, melainkan masa transisi.
“Stafnya deputinya mengatakan belum tentu selundupan boleh jadi ini transisi, kan diumumkan tahun 2020 mungkin ada transisi, waktu diumumkan nikelnya sudah di pelabuhan, gitu-gitu lah. Tapi intinya menyangkal penyelundupan itu,” tuturnya.
Padahal, data yang dimilikinya sama dengan data Kemenko Marvest. Yakni dari Internasional Trade Center (ITC) itu ada bahwa tercatat biji nikel telah diekspor Indonesia oleh ke China.
Meskipun ironis, pada Badan Pusat Statistik (BPS) justru tidak ada sama sekali data ekspor biji nikel Indonesia ke China.
“Datanya sama, data saya dengan data kantor Pak Luhut, sama. Sumbernya dari mana? dari ITC. Pakai data BPS? nol datanya. Nah, tapi kan kita bisa lihat juga import China dari Indonesia, dari Bea Cukai China. Nah di situlah keluar (datanya),” pungkasnya. (*)